Identitas Buku
Judul Buku : Si Dul Anak JakartaKarya : Aman DT.Madjoindo
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 2000
Cetakan Ke : 19
Tebal Buku : 86 Halaman
Sinopsis :
Abdul Hamid biasa dipanggil si Dul adalah seorang anak yang baik dia sangat menghormati orang tuanya dan dia senang bermain dengan baik laki-laki ataupun perempuan. Pada suatu hari si Dul sedang bermain dengan Asnah, mereka bermain masak masakan. Sapii teman Dul yang lain ikut bermain tetapi dia sedang kesal karena ada yang menggangunya tadi, Sapii adalah anak pemarah, dan ringan tangan. Sehingga permainan tadi terganggu karena Sapii melampiaskan marahnya di situ. Asnah pun menangis karena semua mainannya rusak dan akhirnya melempar Sapii dengan cabai dan lari ke pohon sauh, mata Sapii terasa pedas dia ingin membalas tetapi dia takut karena asnah membawa pisau. Si Dul yang sedang menggambil barang dirumahnya itu pun dengar Asnah menangis dan ia mendekatinya dan bertanya mengapa ia mengangis, Asnah tidak menjawab tetapi ia melihat Sapii berada di dekat tempatnya bermain tadi dan semua barang berantakan. Akhirnya si Dul mendekati Sapii dan bertanya mengapa Asnah menangis, tetapi Sapii malah menantang Si Dul berkelahi. Akhirnya berkelahilah mereka Sapii tertinju beberapa kali kemudian meminta bantuan Saari, Saari akan menangkap Si Dul dari belakang tapi terkena tendangan si Dul anak anak kampung mengerumuni sambil menyemangati si Dul dan Sapii. Ibu si Dul yang mendengar kegaduhan di luar rumah akhirnya keluar dan menghentikan perkelahian, anak anak berlari meninggalkan tempat itu. Si Dul pulang kerumah bersama ibunya. Sesampai dirumah si Dul dimandikan ibunya. Setelah mandi dia tidak boleh keluar rumah. Si Dul bermain sendirian dirumah, meski pintu pagar terbuka dia tidak berani keluar takut durhaka kepada orang tua. Dia duduk dan berpikir kalau ketemu Sapii lagi, dia akan memukul perutnya dan membanting kepalanya sampai makan tanah. Akhirnya dia bermain di halaman rumah tetapi tidak melewati pagar. Si Dul bermain dengan Asnah dan teman perempuannya yang lain tidak terasa waktu sudah sore Si Dul harus mengaji. Si Dul mengaji dirumah engkongnya, Uak Salim biasa ia dipanggil, ia adalah mantan jawara dikampung sehingga orang takut kepadanaya. Matanya tinggal satu yang kiri tetapi tiada yang tau kenapa mata yang kanan itu karena setiap ditannya ia pasti marah.Tetapi setelah matanya tinggal satu ia jadi orang baik mengajar mengaji anak anak. Meski begitu kadang kadang sedikit keluar juga sifat bengis semasa mudanya itu. Ia mendapat uang dari sedekah anak anak mengaji, sedekahnya itu dibelinya kambing sehingga sehabis mengaji anak anak mendapat giliran piket membersihkan ruangan dan memberi makan kambing. Sekarang giliran si Dul memberi makan. Ia bergiliran mencari makan bersama Amje karena jauh dari hutan mereka pum berencana untuk mengambil daun di pekarangan orang si Dul yang memanjat. Saat si Dul mendapat beberapa ranting si Amje teriak maling dan ranting itu jatuh kemudian dibawa kabur Amje. Si Dul bertemu Amje di perjalanannya pulang, si Dul marah kepada Amje karena telah membohonginya. Mereka berkelai dengan hebat dan si Amje terluka dan pulang kerumah sedangkan si Dul terkena gigitan Amje di lengannya. Ibu si Dul mengetahui dan memarahi si Dul sedangkan bapaknya malah menyuruhnya makan dan berganti baju, akhirnya bapak si Dul bercerita saat dia masih kecil dia sama seperti si Dul malah lebih parah lagi, dia jawara di kampungnya. Lebaran hampir tiba si Dul berkata ingin sekolah tetapi bapaknya bilang si Dul anak kampung yang seharusnya mengaji saja. Keesokan harinya Ibu si Dul mendapatkan berita jika istrinya kecelakaan dan meninggal dunia.
Setelah 7 hari berlalu kesengsaraan lebih terasa semua barang telah habis terjual dan akhirnya ibu si Dul memikirkan suatu pekerjaan berjualan nasi ulam si Dul yang berjualan karena Engkongnya melarang wanita keluar rumah untuk bekerja. Lama waktu telah berlalu kehidupan si Dul mulai membaik, Ibunya pun sudah mempunyai suami baru. Si Dul juga punya saudara tiri bernama Marjuki. Bapak tiri si Dul berniat menyekolahkan si Dul tetapi tidak boleh sama engkongnya. Anak betawi tidak perlu sekolah yang penting shalat dan mengaji. Sekolah tidak dibawa mati tidak ada gunanya.Tetapi sifat engkongnya memang seperi itu jika ada kemauan harus dituruti. Pak lurah mengetahui hal itu kemudian menyuruh Dul bersekolah dan dia akan bilang kepada engkongnya. Keinginan si Dul tercapai, meski tidak mendapat ijin penuh dari Uak Salim.
Kelebihan :
Buku ini barisi tentang kehidupan si Dul yang konyol, kocak dan kuat menghadapi masalah. Buku ini sangat menarik dan menghibur karena kekonyolan si Dul. Dan buku ini juga sangat banyak mengandung amanat yang dapat di ambil dari kehidupan masyarakat betawi pada zaman dahulu.
Kekurangan :
Kekurangan dari buku ini adalah pengarang terlalu banyak menggunakan bahasa daerah yaitu daerah betawi sehingga tidak semua pembaca dapat mengerti.
Penilaian :
Jadi buku ini sangat bagus di baca untuk semua kalangan terutama kalangan remaja untuk membentuk kepribadian diri yang baik.
Gajelas kontol
BalasHapusMaaf tldibajak
BalasHapusMaaf dibajak sama kawan saya
BalasHapusRingkasannya tidak adaa?
BalasHapusKepengarangan nya mana?
BalasHapus